Bambu Harum
Produksi, stick dupa, dupa mentah, dupa kemasan, tusuk sate, tusuk gigi.
Minggu, 13 Oktober 2013
Kamis, 10 Oktober 2013
Dupa atau Hio dan maknanya
Hampir semua orang Tionghoa tahu apa itu Dupa/Hio karena setiap
ritual persembahyangan yang dilakukan selalu menggunakan benda yang satu
ini. Bahkan pernah saya mengdengar seorang sesepuh berkata, “Kalau
tidak mau memegang dan tidak tahan dengan bau Dupa/Hio janganlah jadi
orang Tionghoa.” Namun tahukah anda makna yang tersirat dari penggunaan
Hio didalam ritual persembahyangan tersebut. Berikut sedikit penjelasan
tentang makna dari Hio, jenis-jenisnya, dan cara penggunaannya.
Hio artinya harum. Yang dimaksud harum disini ialah Dupa, yaitu
bahan pembakar yang dapat mengeluarkan asap berbau sedap/harum. Dupa
yang dikenal pada jaman Nabi Khongcu (Kongzi) berwujud bubuk atau
belahan kayu, misalnya : Tiem Hio (Cheng Xiang), Bok Hio (Mu
Xiang)/Gaharu, Than Hio (Tan Siang)/Cendana dan lain-lain.
Makna dan Kegunaan
Membakar dupa/hio mangandung makna :
- Jalan Suci itu berasal dari kesatuan hatiku. (Dao You Xin He)
- Hatiku dibawa melalui keharuman dupa. (Xin Jia Xiang Chuan)
Selain itu dupa juga berfungsi untuk:
- Menenteramkan pikiran, memudahkan konsentrasi, meditasi. (seperti aroma therapy pada jaman sekarang)
- Mengusir hawa atau hal-hal yang bersifat jahat.
- Mengukur waktu : terutama pada jaman dahulu, sebelum ada lonceng atau jam. (seperti pada saat duel di film-film kungfu)
1. Dupa yang bergagang Hijau
Gunanya khusus untuk bersembahyang di depan jenasah keluarga sendiri atau dalam masa perkabungan.
2. Dupa yang bergagang Merah
Gunanya untuk bersembahyang pada umumnya. (contoh : ke altar Tian/Tuhan, altar Nabi, Shen Ming (para suci), dan leluhur)
3. Dupa yang tidak bergagang, berbentuk piramida, bubukan dsb-nya
Gunanya untuk menenteramkan pikiran, mengheningkan cipta, mengusir
hawa jahat; dinyalakan pada Swan Lo (Xuan Lu)/tempat dupa –> tidak
sama dengan tempat menancapkan dupa.(gambar menyusul)
4. Dupa yang berbentuk spiral, seperti obat nyamuk.
Hanya untuk bau-bauan. Sering ditemui ketika upacara perkabungan.
5. Dupa besar bergagang panjang (Kong Hio/Gong Xiang)
Gunanya khusus untuk upacara sembahyang besar.
6. Tiang Siu Hio/Chang Shou Xiang
Dupa tanpa gagang, panjang lurus, dibakar pada kedua ujungnya.
Gunanya untuk bersembahyang kepada Tuhan atau untuk dipasang pada Swan
Lo (Xuan Lu). Bisa juga lagi dalam masalah gawat sekali, urgent memohon
pertolongan sang Dewa dengan segera.
Ketentuan Jumlah/Penggunaan Dupa
1. Dupa yang bergagang Hijau
2 batang : digunakan untuk menghormat jenasah keluarga sendiri atau
kehadapan altarnya yang masih belum melampaui masa berkabung atau belum
lewat sembahyang Tai Siang/Da Xiang (sembahyang 3 tahun). Boleh juga
dipakai satu batang saja.
2. Dupa yang bergagang Merah
1 batang : dapat digunakan untuk segala upacara sembahyang; bermakna memusatkan pikiran untuk sungguh-sungguh bersujud.
2 batang : untuk menghormat kepada arwah orang tua/yang
meninggalnya telah melampaui 2 x 360 hari/setelah sembahyang Tai Siang;
atau ke hadapan altar jenasah bukan keluarga sendiri. Mengandung makna :
ada hubungan Iem Yang atau Negatif dan Positif, ada hubungan duniawi.
3 batang : untuk bersembahyang kepada Tuhan Yang Maha Esa/Nabi/Para Suci.
4 batang : sama makna dengan 2 batang.
5 batang : untuk menghormat arwah umum, umpamanya pada sembahyang bulan VIII Imlek(Yin Li) : sembahyang King Hoo Ping (Jing He Ping). Mengandung makna melaksanakan Lima Kebajikan (Ngo Siang/Wu Chang) atau sembahyang Thu thi kung (hok tek ceng sin).
8 batang : sama guna dengan 2 batang, khusus untuk upacara
kehadapan jenasah oleh Pimpinan Upacara dari Majelis Agama (MAKIN).
Mengandung makna Delapan Kebajikan.
9 batang : untuk bersembahyang kepada Tuhan Yang Maha Esa/Nabi/Para Suci.
1 pak : Boleh sebagai pengganti 9 batang atau 1 batang; ini kurang/tidak perlu.
Cara Menancapkan Dupa
1. Untuk 2 batang dupa
Langsung ditancapkan sekaligus, setelah dinaikkan 2 kali. Ini juga berlaku untuk 4 atau 8 batang.
2. Untuk 3 batang dupa
berlaku juga di Hio Lo berbentuk bulat |
Hio pertama ditancapkan di tengah-tengah, hio kedua ditancapkan
disebelah kiri (ditinjau dari altar), hio ketiga ditancapkan disebelah
kanan. (lihat gambar)
3. Untuk 5 batang dupa
a. Pada tempat menancapkan dupa (Hio Lo/Xiang Lu) yang berbentuk bulat, 5 batang dupa itu ditancapkan sbb (ditinjau dari altar):
- dupa pertama : tengah-tengah
- dupa kedua : kiri (dalam)
- dupa ketiga : kanan (dalam)
- dupa keempat : kiri (luar)
- dupa kelima : kanan (luar)
b. Pada tempat dupa yang bentuknya persegi panjang. 5 batang dupa
itu ditancapkan seperti pada penancapan 3 batang, ditambah dengan dupa
keempat disebelah kiri dupa kedua dan dupa kelima di samping kanan dupa
ketiga.
4. Untuk 9 batang dupa
Cara menancapkan seperti pada penancapan 3 batang, dinaikkan 3 kali dan tiap kali ditancapkan 3 batang dupa.
Catatan : untuk setiap penancapan dupa selalu menggunakan tangan kiri
Penjelasan : Didalam prinsip-prinsip ajaran yang
terdapat di Kitab Ya King (I-Ching) yang menguraikan tentang garis-garis
Pat Kwa (Ba Gua), dinyatakan kiri ialah melambangkan unsur Yang atau
Positif, dan kanan melambangkan unsur Yin atau Negatif. Maka untuk
hal-hal yang bersifat seperti menancapkan dupa, wajib menggunakan tangan
kiri. Ada keterangan lain yang peninjauannya secara anatomis (untuk
diketahui saja):
Jantung atau Siem (Xin) kita ada disebelah kiri, menancapkan dupa
adalah hal kesujudan hati/Siem (jantung), maka digunakanlah tangan kiri.
Fakta tambahan : coba lihat lintasan lari
di stadion pasti mengarah kekiri atau lihat atraksi “roda gila” pasti
pemainnya muter ke arak kiri. Chi/angin bergerak dari arah sebelah kiri
menyusuri tembok kiri (sisi naga ).
source : koleksikoin.blogspot.com
sumber : SGSK XXVIII No 4-5 Tata Agama dan Tata Laksana Upacara Agama Khonghucu, MATAKIN
Penelitian yang dilakukan di Taiwan pada tahun 2001 terkait
pembakaran dupa dapat mengakumulasi bahan kimia dalam tubuh, penelitian
tersebut dilakukan di sebuah kuil Budha. Membakar dupa dengan bahan
kimia yang digunakan dalam proses produksi dapat menyebabkan
masalah-masalah pernapasan dalam tubuh manusia seperti sesak nafas
karena jumlah bahan kimia yang dihasilkan dalam proses pembakaran
dupa.Penelitian ini juga yang membuat sebagian vihara di indonesia tidak
memperbolehkan menyalakan hio lagi untuk umum , hio hanya dinyalakan
pada waktu sembahyang.
Ciri-ciri dari dupa yang terbuat dari bahan alami adalah :
1. Abu dupa tidak panas di tangan.
2. Pembakaran tidak akan padam di tengah.
2. Pembakaran tidak akan padam di tengah.
ada tips lain lagi, sisa lidi-lidi yang menancap di hiolo jangan
dibuang sembarangan, karena sering ditempel oleh roh yang mengisap hio
tersebut. roh2 tersebut biasanya yang sering membantu kita dalam
kehidupan sehari-hari, karena kita telah memberi makan kepadanya… (makan
wewangian).
untuk membuangnya ,sebaiknya dibakar dengan kertas mas (kimcoa) setiap ce it atau cap go
Sumber
http://padmakumara.wordpress.com/2011/11/05/hio-atau-dupa-dan-maknanya/
Eksistensi Dupa atau Hio
Hio sebenarnya adalah medium untuk melakukan sembayang atau bagian dari
peralatan sembayang, tidak mempunyai arti khusus dan makna khusus
didalamnya
Hio itu sebuah tradisi sebagaimana bunga di barat sana. Hio digunakan karena simbolisasi juga, karena asapnya membumbung ke atas dan disimbolkan sebagai satu macam pendekatan dengan dewa-dewi di atas sana. Lalu beberapa macam hio juga wangi dan dapat bermakna sebagai penyucian batin dan lingkungan. Ada banyak orang yang bertanya2, kalau pindah agama boleh gak pegang hio yah? Yah, gak masalahlah, wong hio itu gak ada kaitannya dengan agama apapun. Itu hanya tradisi tok. Bandingkan tradisi menghormati dengan bunga di barat dengan tradisi menghormati pakai hio di Tiongkok? Jangan berpikiran sempit. Saya masih sering bingung kalau masih banyak yang merasa sebuah tradisi diadopsi oleh sebuah agama, lalu jadilah tradisi itu haram untuk agama lain.
Dupa atau sering kali disebut Hsiang (Mandarin) atau Hio (Hokkian) adalah salah satu unsur yang eksis dalam kebudayaan Tionghoa selama ribuan tahun. Dupa digunakan dalam acara penghormatan kepada leluhur dan acara2 ritual keagamaan beberapa agama yang ada di Tiongkok. Asal usul dupa pertama kali sebenarnya bukanlah langsung digunakan untuk penyembahan atau penghormatan. Dupa masuk bersamaan dengan masuknya agama Buddha ke China. Dikatakan bahwa sewaktu Buddha Sakyamuni menyebarkan ajarannya kepada para pengikut, karena cuaca yang panas, kebanyakan murid2 tak dapat berkonsentrasi, merasa mengantuk dalam mendengarkan wejangan dari Buddha Sakyamuni. Maka untuk mengatasi hal ini, orang2 kemudian membakar kayu2 harum dan wangi untuk mengharumkan udara dan meningkatkan konsentrasi. Kemudian tradisi ini menjadi kebiasaan dalam agama Buddha dan terbawa ke China dalam penyebarannya.
Dupa kemudian diadopsi oleh agama2 dan kepercayaan2 lain yang telah lama ada di China sebelum agama Buddha masuk. Sehingga dupa menjadi sebuah alat dalam ritual dan tradisi kebudayaan Tionghoa selama ribuan tahun, baik dalam menghormati leluhur, menghormati dewa-dewi dalam agama2 tertentu di China dan juga tentunya oleh penganut agama Buddha sendiri.
Tradisi ini kemudian diperlambangkan sebagai sebuah alat untuk berkomunikasi dengan leluhur, dewa-dewi dalam agama tertentu ataupun sang Buddha sendiri. Ini terutama karena anggapan bahwa wewangian yang menyebar dalam udara adalah salah satu bentuk penghormatan kepada yang dipuja. Asap dari dupa yang bergerak ke atas juga sebagai perlambang
bahwa niat kita untuk menghormati ataupun memuja akan sampai kepada tujuannya karena anggapan umum semua bangsa dan agama di dunia (saya kira bukan hanya dalam agama2 tertentu) bahwa yang kita puja itu baik Tuhan, Allah, Buddha, leluhur dan lain - lainnya yang derajatnya lebih tinggi daripada manusia bertempat di atas langit. Dupa juga dipercaya digunakan dalam acara ritual untuk menghormati leluhur ataupun dewa-dewi dalam agama tertentu di China sebagai pengganti persembahan lainnya seperti kurban2 makhluk bernyawa.
Selain itu dari versi lain Berdasarkan kitab Zhou Li (tata krama dinasti Zhou) ditulis kalau untuk menghormati Huang Tian adalah dengan Yin. Yin adalah asap yang membumbung karena kayu2 (harum)yang dibakar. Pada tulisan Bunsu Sidartanto Buanadjaya, yang berjudul "Ru Jiao - Selayang Pandang Kesejarahan Wahyu dan Kitab Sucinya Sepanjang Kurun Waktu 5000 Tahun", Ong Kun salah satu menteri dari Oey Tee (Huang Di=Kaisar Kuning) adalah penemu Than Hio yang dipakai sebagai wewangian pada upacara sembahyang. Jauh lebih lama dari waktu masuknya agama Buddha ke Tiongkok (waktu Dinasti Han).
Catatan lain di Indonesia dikenal dengan Kemenyan, kemenyan adalah sejenis dupa, Sebenar pemakaian dupa dan pengenalan dupa berasala dari India pada era 7000 sm, pemakaian dupa sudah dikenal di India karena dupa pertama kali digunakan. Fungsi kemenyan sama seperti pembakaran dupa.
Cara sembahyang di kelenteng untuk orang awam pada umumnya dengan menggunakan hio. Hio digunakan karena simbolisasi juga, karena asapnya membumbung ke atas dan disimbolkan sebagai satu macam pendekatan dengan dewa-dewi di atas sana. Lalu beberapa macam hio juga wangi dan dapat bermakna sebagai penyucian batin dan lingkungan. Ada banyak orang yang bertanya2, kalau pindah agama boleh gak pegang hio yah? Yah, gak masalahlah, hio itu gak ada kaitannya dengan agama apapun. Itu hanya tradisi dan bersifat medium atau alat sembayang saja.
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6273.0
Hio itu sebuah tradisi sebagaimana bunga di barat sana. Hio digunakan karena simbolisasi juga, karena asapnya membumbung ke atas dan disimbolkan sebagai satu macam pendekatan dengan dewa-dewi di atas sana. Lalu beberapa macam hio juga wangi dan dapat bermakna sebagai penyucian batin dan lingkungan. Ada banyak orang yang bertanya2, kalau pindah agama boleh gak pegang hio yah? Yah, gak masalahlah, wong hio itu gak ada kaitannya dengan agama apapun. Itu hanya tradisi tok. Bandingkan tradisi menghormati dengan bunga di barat dengan tradisi menghormati pakai hio di Tiongkok? Jangan berpikiran sempit. Saya masih sering bingung kalau masih banyak yang merasa sebuah tradisi diadopsi oleh sebuah agama, lalu jadilah tradisi itu haram untuk agama lain.
Dupa atau sering kali disebut Hsiang (Mandarin) atau Hio (Hokkian) adalah salah satu unsur yang eksis dalam kebudayaan Tionghoa selama ribuan tahun. Dupa digunakan dalam acara penghormatan kepada leluhur dan acara2 ritual keagamaan beberapa agama yang ada di Tiongkok. Asal usul dupa pertama kali sebenarnya bukanlah langsung digunakan untuk penyembahan atau penghormatan. Dupa masuk bersamaan dengan masuknya agama Buddha ke China. Dikatakan bahwa sewaktu Buddha Sakyamuni menyebarkan ajarannya kepada para pengikut, karena cuaca yang panas, kebanyakan murid2 tak dapat berkonsentrasi, merasa mengantuk dalam mendengarkan wejangan dari Buddha Sakyamuni. Maka untuk mengatasi hal ini, orang2 kemudian membakar kayu2 harum dan wangi untuk mengharumkan udara dan meningkatkan konsentrasi. Kemudian tradisi ini menjadi kebiasaan dalam agama Buddha dan terbawa ke China dalam penyebarannya.
Dupa kemudian diadopsi oleh agama2 dan kepercayaan2 lain yang telah lama ada di China sebelum agama Buddha masuk. Sehingga dupa menjadi sebuah alat dalam ritual dan tradisi kebudayaan Tionghoa selama ribuan tahun, baik dalam menghormati leluhur, menghormati dewa-dewi dalam agama2 tertentu di China dan juga tentunya oleh penganut agama Buddha sendiri.
Tradisi ini kemudian diperlambangkan sebagai sebuah alat untuk berkomunikasi dengan leluhur, dewa-dewi dalam agama tertentu ataupun sang Buddha sendiri. Ini terutama karena anggapan bahwa wewangian yang menyebar dalam udara adalah salah satu bentuk penghormatan kepada yang dipuja. Asap dari dupa yang bergerak ke atas juga sebagai perlambang
bahwa niat kita untuk menghormati ataupun memuja akan sampai kepada tujuannya karena anggapan umum semua bangsa dan agama di dunia (saya kira bukan hanya dalam agama2 tertentu) bahwa yang kita puja itu baik Tuhan, Allah, Buddha, leluhur dan lain - lainnya yang derajatnya lebih tinggi daripada manusia bertempat di atas langit. Dupa juga dipercaya digunakan dalam acara ritual untuk menghormati leluhur ataupun dewa-dewi dalam agama tertentu di China sebagai pengganti persembahan lainnya seperti kurban2 makhluk bernyawa.
Selain itu dari versi lain Berdasarkan kitab Zhou Li (tata krama dinasti Zhou) ditulis kalau untuk menghormati Huang Tian adalah dengan Yin. Yin adalah asap yang membumbung karena kayu2 (harum)yang dibakar. Pada tulisan Bunsu Sidartanto Buanadjaya, yang berjudul "Ru Jiao - Selayang Pandang Kesejarahan Wahyu dan Kitab Sucinya Sepanjang Kurun Waktu 5000 Tahun", Ong Kun salah satu menteri dari Oey Tee (Huang Di=Kaisar Kuning) adalah penemu Than Hio yang dipakai sebagai wewangian pada upacara sembahyang. Jauh lebih lama dari waktu masuknya agama Buddha ke Tiongkok (waktu Dinasti Han).
Catatan lain di Indonesia dikenal dengan Kemenyan, kemenyan adalah sejenis dupa, Sebenar pemakaian dupa dan pengenalan dupa berasala dari India pada era 7000 sm, pemakaian dupa sudah dikenal di India karena dupa pertama kali digunakan. Fungsi kemenyan sama seperti pembakaran dupa.
Cara sembahyang di kelenteng untuk orang awam pada umumnya dengan menggunakan hio. Hio digunakan karena simbolisasi juga, karena asapnya membumbung ke atas dan disimbolkan sebagai satu macam pendekatan dengan dewa-dewi di atas sana. Lalu beberapa macam hio juga wangi dan dapat bermakna sebagai penyucian batin dan lingkungan. Ada banyak orang yang bertanya2, kalau pindah agama boleh gak pegang hio yah? Yah, gak masalahlah, hio itu gak ada kaitannya dengan agama apapun. Itu hanya tradisi dan bersifat medium atau alat sembayang saja.
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6273.0
Sabtu, 05 Oktober 2013
Jenis-jenis Bambu di Indonesia
Jenis-jenis Bambu di Indonesia
Jenis-jenis Bambu yang terdapat di Indonesia
diperkirakan sekitar 159 spesies dari total 1.250 jenis bambu yang
terdapat di dunia. Bahkan sekitar 88 jenis bambu yang ada di Indonesia
merupakan tanaman endemik.
Bambu merupakan jenis rumput-rumputan
yang dan beruas. Bambu merupakan anggota famili Poaceae yang terdiri
atas 70 genus. Bambu termasuk jenis tanaman yang mempunyai tingkat
pertumbuhan yang tinggi. Beberapa jenis bambu mampu tumbuh hingga
sepanjang 60 cm dalam sehari.
Indonesia
merupakan salah satu wilayah yang menjadi surga bagi jenis tanaman yang
disebut juga sebagai buluh, aur, dan eru ini. Diperkirakan terdapat
sedikitnya 159 jenis bambu di Indonesia yang 88 diantaranya merupakan spesies endemik Indonesia.
Berikut beberapa jenis (spesies) bambu yang ditemukan tumbuh di Indonesia.
-
Arundinaria japonica Sieb & Zuc ex Stend ditemukan di Jawa.
-
Bambusa arundinacea (Retz.) Wild. (Pring Ori) di Jawa dan Sulawesi.
-
Bambusa atra Lindl. (Loleba) di Maluku.
-
Bambusa balcooa Roxb. Di Jawa.
-
Bambusa blumeana Bl. ex Schul. f. (Bambu Duri) di Jawa, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.
-
Bambusa glaucescens (Wild) Sieb ex Munro. (Bambu Pagar; Cendani) di Jawa.
-
Bambusa horsfieldii Munro. (Bambu Embong) di Jawa.
-
Bambusa multiplex (Bambu Cendani; Mrengenani) di Jawa.
-
Bambusa polymorpha Munro. Di Jawa.
-
Bambusa tulda Munro. Di Jawa.
-
Bambusa tuldoides (Haur Hejo) di Jawa
-
Bambusa vulgaris Schard. (Awi Ampel; Haur Kuneng; Haur Hejo; Pring Kuning) di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Maluku.
-
Dendrocalamus asper (Bambu Petung) di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali, dan Sulawesi.
-
Dendrocalamus giganteus Munro. (Bambu Sembilang) di Jawa
-
Dendrocalamus strictur (Roxb) Ness. (Bambu Batu) di Jawa.
-
Dinochloa scandens (Bambu Cangkoreh; Kadalan) di Jawa.
-
Gigantochloa achmadii Widjaja. (buluh Apus) di Sumatera.
-
Gigantochloa hasskarliana (Bambu Lengka Tali) di Sumatera, Jawa, dan Bali.
-
Gigantochloa kuring (Awi Belang) di Jawa.
-
Gigantochloa levis (Blanco) Merr. (Bambu Suluk) di Kalimantan.
-
Gigantochloa manggong Widjaja. (Bambu Manggong) di Jawa.
-
Gigantochloa nigrocillata Kurz (Bambu Lengka; Bambu Terung; Bambu Bubat) di Jawa.
-
Gigantochloa pruriens (buluh Rengen) di Sumatera.
-
Gigantochloa psedoarundinaceae (Bambu Andong; Gambang Surat; Peri) di Jawa.
-
Gigantochloa ridleyi Holtum. (Tiyang Kaas) di Bali.
-
Gigantochloa robusta Kurz. (Bambu Mayan; Temen Serit) di Sumatera, Jawa, dan Bali.
-
Gigantochloa waryi Gamble (Buluh Dabo) di Sumatera
-
Gigantochloa verticillata (bambu Hitam)
-
Melocanna bacifera (Roxb) Kurz. Di Jawa.
-
Nastus elegantissimus (Hassk) Holt. (Bambu Eul-eul) di Jawa.
-
Phyllostachys aurea A&Ch. Riviera (Bambu Uncea; Bambu Buluh Kecil) di Jawa.
-
Schizotachyum blunei Ness. (Bambu Wuluh; Bambu Tamiang) di Jawa, Nusa Tenggara Timur, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku
-
Schizotachyum brachycladum Kuez. (Bambu Buluh Besar; Buluh Nehe; Awi Buluh; Ute Watat; Tomula) di Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Maluku.
-
Schizotachyum candatum Backer ex Heyne (buluh Bungkok) di Sumatera.
-
Schizotachyum lima (Blanco) Merr. (Bambu Toi) di Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Irian.
-
Schizotachyum longispiculata Kurz. (Bambu Jalur) di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa.
-
Schizotachyum zollingeri Stend. (Bambu Jala; Cakeutreuk; Bambu Lampar) di Sumatera dan Jawa.
-
Thryrsostachys siamensis Gamble. (Bambu Jepang) di Jawa.
Di Indonesia jenis-jenis bambu ini
dimanfaatkan sebagai bahan bangunan (kontruksi), Transportasi, Pembuatan
alat musik seperti angklung, kuliner, kerajinan rumah tangga dan
ornamen, serta sebagai bahan pengobatan alami.
Meski memiliki banyak spesies dan dulu
tersebar luas di Indonesia, kini beberapa jenis bambu mulai langka dan
sulit ditemukan. Kelangkaan ini terjadi lebih disebabkan oleh konversi lahan menjadi daerah pemukiman.
Kalau di desa saya, bambu masih tumbuh dengan suburnya meskipun terbatas pada jenis Bambusa arundinacea (Bambu Ori) dan terkadang Bambu Apus (Gigantochloa apus). Bagaimana dengan di tempat sobat?.
Sumber ; http://alamendah.org/2011/01/28/jenis-jenis-bambu-di-indonesia/
Senin, 30 September 2013
KEUNIKAN BAMBU
Banyak disebutkan bahwa bambu adalah pepohonan yang begitu banyak
memberi manfaat dan kegunaan alias serba guna bagi kebutuhan kehidupan
manusia. Bahkan di zaman modern dan serba canggih ini, bambu tetap
banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dari yang paling sederhana
sampai dirancang dalam berbagai modifikasi artistik. Dari sekecil tusuk
gigi sampai segede bangunan rumah, terbuat dari bambu. Di sini
menunjukkan kepada kita bahwa begitu banyaknya manfaat dan kegunaan
bambu bagi kita dan kehidupan manusia.
Sebagai pohon dengan batang
yang tumbuh tegak menjulang tinggi bisa mencapai ketinggian di atas 10
meter, ternyata ada bambu yang tumbuh batang atau cabang dari matanya
dengan bentuk yang memiliki bentuk keunikan tersendiri. Untuk menemukan
atau mendapatkan bentuk bambu yang unik memang tidak gampang, bisa
gampang-gampang susah, alias langka. Karena belum tentu di antara 1000
batang bambu ditemukan ada diketemukan bambu berbentuk unik tersebut.
Jangan heran bila jenis bambu unik keberadaannya cukup langka. Kalau pas
kebetulan berhasil menemukan atau mendapat bambu tersebut, itu namanya
ketemu jodoh alias bambu petuk (ketemu).
Lalu, selain menyimpan
keunikan artistik, adakah spesifikasi manfaat dan kegunaan bambu-bambu
unik, langkah dan alami bukan hasil rekayasa bikinan manusia ini?
Banyak
orang menyakini bahwa bambu unik langka dengan bentuk spesifikasi
tertentu ini punya daya energi kekuatan bawaan alam, atau energi alami.
Tak heran bila kemudian ada orang yang menyebut bahwa jenis bambu bentuk
unik dan langka ini diyakini ‘bertuah’. Sudah tentu semua itu
dikembalikan lagi kepada keyakinan atau sugesti masing-masing orang yang
mempercayai atau tidak. Tapi setidaknya semua itu atau keyakinan ini
kita kembalikan kepada atas kebesaran Sanghyang Khalik.
Katanya,
jenis bambu sesuai spesifikasi keunikan artistik bentuknya diyakini
punya kegunaan tertentu pula. Misalnya untuk tolak energi negatif,
seperti teluh, santet atau pagar goib. Dan ada pula yang diperuntukkan
kelancaran usaha atau kewibawaan, dan lain sebagainya. Tak heran bila
kita mendengar orang mencari jenis bambu tertentu untuk keperluan atas
dasar keyakinannya. Sekali lagi, semua itu kembali lagi kepada keyakinan
masing-masing personal individual.
Dan, harga bambu ini bisa
relatif dari puluhan ribu, ratusan ribu sampai jutaan rupiah. Tergantung
spesifikasi keunikan dan kelangkaan bambunya, bahkan sampai pada
sinyalemen apakah bambu ini bertuah atau tidak. Di sini orang meyakini
bahwa bambu tersebut punya kekuatan energi.
Sebagai ilustrasi! Apa
ini yang dimaksud dengan adanya kekuatan energi alami yang melingkupi
bambu itu. Pada suatu hari, menemukan sebuah rumpun bambu telah dipotong
setinggi 60 cm telah terbakar hangus-ngus gosong, ternyata di tengah
ada satu bambu yang bentuknya nyeleneh (unik) tidak terbakar, masih
tetap mulus. Tidak terbakar sedikitpun. Sementara lainnya sudah gosong,
bahkan sebagian pada hancur dilalap api. Akhirnya saya berpikir, apakah
bambu ini yang disebut orang sebagai bambu anti api?! Wallahualam...!!!
Jangan
kaget kalau dalam urusan bagaimana cara untuk mendapat sendiri dalam
artian menembang sendiri bambu tersebut banyak unsur peristiwa di luar
nalar logika. Itulah uniknya bambu unik!
Salah satu cerita
pengalaman cukup unik lagi, saya pernah mendapatkan bambu lewat mimpi.
Dalam mimpi itu saya disuruh mengambil bambu berbentuk tongkat,
sementara saya sendiri tidak tahu lokasi, tidak ditunjukkan letak
pastinya bambu yang ada di mimpi tersebut. Apalah arti sebuah mimpi?
Keesokan
harinya ketika jalan menemani mengantar istri untuk suatu keperluan.
Sambil menunggu selesainya urusan istri, saya menunggu di sebuah warung
yang di depannya ada ada pohon bambunya, sambil minum teh. Pas dihadapan
saya duduk, mata saya tiba-tiba tertuju di situ ada sebuah bambu tinggi
sekitar 40 cm dengan bentuk lain dari yang lain yang letak tidak lazim
terpisah menyendiri dari lainnya. Oooh, ini mungkin bambu tongkat yang
dimaksud dalam mimpi itu. Wallahualam...!!! Begitu ceritanya, silahkan
believe or not!
Seperti sering kita dengar, orang mencari bambu
petuk atau ketemu ruas, katanya jenis bambu ini tawaran harganya sangat
fantastik mencapai miliar rupiah, wallahualam! Tak heran jika banyak
terjadi upaya penipuan atas nama bambu petuk atau ketemu ruas, yang
banyak dipalsukan dengan segala trik dan rekayasa. Untuk itu
berhati-hatilah bagi peminat bambu petuk atau ketemu ruas terhadap
segala trik penipuan dan rekayasa. Smoga!
Alex Palit, penyuka koleksi bambu unik dan langka
(COPAS Tribun News)
Langganan:
Postingan (Atom)